Jumat, 18 April 2008

Mahasiswa “ Mata Rantai “ yang Hilang

Sumpah Pemuda, Kebangkitan Nasional, Reformasi kata-kata yang akan banyak kita dengar dan kita baca diberbagai media elektronik mapun cetak, telinga kita suka atau tidak suka akan selalu dibisingkan dengan kata-kata sakral tersebut. Kesakralannya akan bertambah jika ditambah dengan angka yang menunjkkan sudah berapa tahun peristiwa tersebut berlalu, Peristiwa tersebut akan bertambah keras gaungnya dengan dukungan penuh dari pemerintah, hal ini telah dipersiapkan oleh departemen pariwisata, departemen komunikasi dan informasi dengan kepanitiaan besar dan persiapan matang untuk memperingatinya. Ya kita akan memperingati momentum besar dalam sejarah perjalanan bangsa ini, 100 Tahun kebangkitan Nasional, 80 Tahun Sumpah Pemuda dan 10 Tahun Reformasi. Tentu sangat sayang sekali jika momentum-momentum bersejarah yang didalangi Mahasiswa tersebut, kita lewatkan begitu saja tanpa mengambil pelajaran darinya.

Menjadi nilai tambah pula bagi kita ( Mahasiswa ) sebab mahasiswa menjadi pemeran utama dalam rangkaian peristiwa sejarah tersebut.

Satu Abad telah berlalu, dan rotasi sejarah harus terus bekerja. tahun ini kita memperingati perjuangan mahasiswa dan juga pada saat yang bersamaan kita akan mempertanyakan komitmen mahasiswa, sebab semakin banyak perguruan tinggi dan disiplin ilmu yang ditawarkan dan semakin banyak jumlah mahasiswa yang kita miliki ternyata bangsa kita masih bergelut dengan masalah klasik kemiskinan, pengangguran, gizi buruk yang memaksa kita untuk menagih pertanggungjawaban dari mahasiswa dengan gelar kesarjanaan yang mereka miliki.

Bagi kita mahasiswa Melihat berbagai macam peristiwa kemanusiaan yang terjadi, masihkah masyarakat kita memberi posisi luang bagi mahasiswa dalam sistem rotasi bangsa ini? Sepertinya Masyarakat tidak lagi selera dengan status mahasiswa tersebut, Mahasiswa sudah tidak mampu memberi solusi untuk membantu menyelesaikan realita pada masyarakat. Sarjana Pertanian tidak mampu membuat sistem pertanian yang utuh sehingga mampu membantu masyarakat untuk membangn system pertanian yang baik dan memang masyarakat kita kebanyakan petani, Sarjana Ekonomi tidak mampu menemukan dan menjalankan strategi perekonomian yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan sistem perekonomian yang baik, Mahasiswa yang memiliki kesarjanaan dalam bidang kesehatan hamper tidak bisa membantu meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat bahkan semakin banyak terdapat dalam masyarakat kasus gizi buruk, busung lapar dan berbagai kasus kontradiksi lainnya. sikap pesimis masyarakat ini diungkapkan dengan kata-kata “ buat apa kuliah, habis-habiskan duit “. “sense of awareness “ terhadap lingkungan, kemiskinan, kebodohan yang mengitari rutinitas kegiatan sehari-harinya telah hilang sebab mahasiswa memang tidak bisa berbuat apa-apa. Mahasiswa lebih suka dengan proyek korporat yang ia dapatkan daripada menangani proyek sosial yang ada disekitar dan selalu berada dihadapannya.

Mahasiswa dengan segala jenis keilmuan yang dimilikinya tidak lagi memiliki gaung yang dapat merbubah lingkungan sekitarnya, Keilmuannya sdah sangat tumpul, kalaupun masih ada hanya ntuk dirinya sensdiri ( Onani Intellectual ).

Berangkat dengan modal ini usaha untuk membangun kapasistas dan qualitas masyarakat sudah harus secepatnya dilaksanakan dan harus disadari pula pemberdayaan masyarakat harus diupayakan secara bersama-sama.

Tidak ada komentar: